Rasa
lapar mempunyai daya yang sangat besar dalam mendorong diri seseorang untuk
melakukan ketaatan. Ia melemahkan nafsu syahwat yang selalu mendorong kepada keburukan,
biarpun kuatnya tekanan hawa nafsu itu pada diri seseorang.
Sahal
ibn Abdullah berkata: “Demi Allah, Yang tidak ada Tuhan selain Dia, orang-orang
yang terbiasa melakukan apa yang dibenci Allah tidak akan berubah menjadi
orang-orang yang melakukan apa yang dicintai Allah, kecuali dengan lapar.
Manusia tidak akan menjadi manusia yang benar kecuali dengan lapar.”
Al-Hajjaj
ibn Al-Gharafidhah berkata: "Aku menemui sekelompok orang yang sedang beribadah
sambil menahan lapar di Makkah. Aku bertanya kepada mereka, “Beri tahulah aku,
mengapa Allah SWT memerintahkan para wali-Nya untuk berlapar-lapar.”
Mereka
menjawab, “Tidaklah kamu lihat bahwa ketika haiwan ternak atau unta tidak mahu
menuruti keinginan pemiliknya, yang dilakukan si pemilik (supaya binatang
piliharaan mahu menuruti arahan) adalah tidak memberi makan kepada mereka.
Sesungguhnya bila seorang hamba melaparkan dan mendahagakan diri, Allah SWT
membanggakan hamba itu di hadapan para malaikat. Tidak ada seorang hamba yang
Allah banggakan kecuali kelak di akhirat kepalanya akan dimahkotai dengan
mahkota cahaya. Allah SWT mengutus para malaikat untuk membawa cahaya dan
perhiasan dari yaqut merah dan kuning serta permata yang sangat indah. Mereka
juga membawa kendaraan dari zamrud nan hijau. Semua itu oleh para malaikat
dibawa ke makam orang-orang yang sewaktu di dunia suka menahan lapar dan
dahaga. Orang-orang itu kemudian dibangkitkan dari kubur lalu dinaikkan ke atas
kenderaan yang telah disediakan dan mereka pun pergi menuju Allah SWT.”
Ibrahim
Adham menyatakan: "Aku telah menerima suatu riwayat bahawa Iblis melihat
Nabi Isa berlapar-lapar di malam dan siang hari. Iblis bertanya, “Mengapa kau
berlapar-lapar seperti itu? Maukah kamu aku bawakan makanan?’
Nabi
Isa menjawab, “Kamu tahu bahawa sesungguhnya jika aku berkata kepada
gunung-gunung dan lembah-lembah ‘Jadilah kalian makanan atas izin Allah’,
mereka pasti menjelma menjadi makanan. Kamu adalah musuhku dan hawa nafsu adalah
mata-matamu yang ada padaku.”
Hawa
nafsu adalah mata-mata Iblis. Hawa nafsu selalu memenuhi keinginan Iblis dan syaitan
yang selalu ingin memuaskan keinginan hawa nafsu. Hawa nafsu juga selalu
meminta bantuan Iblis untuk memudahkan apa yang diinginkannya dan Iblis selalu
mengembuskan bisikannya ketika menggoda seseorang melalui hawa nafsu. Rasa
lapar menutup gejolak hawa nafsu sehingga ia tidak mampu menyampaikan
keinginannya kepada Iblis.
Setelah
hawa nafsu tidak berdaya kerana ditaklukkan oleh lapar, mucullah semangat spritual
yang menerima limpahan cahaya Ilahi dan pengajaran yang berguna.
Ali
bin Abi Thalib bercerita: “Suatu hari aku masuk ke rumah Rasulullah. Aku melihat
baginda bertelungkup di atas tikar sambil menyembunyikan wajah. Tubuhnya kelihatan
lemah kerana menahan lapar. Ketika itu Rasulullah berdoa, ‘Dengan lapar dan
dahagaku, ampunilah umatku atas dosa-dosa mereka’.”
Aisyah
meriwayatkan: “Rasulullah dan para sahabatnya biasa menahan lapar.”
No comments:
Post a Comment