Terdapat
empat tingkatan selepas bertaubat.
Tingkatan pertama: Yaitu orang yang istiqamah dalam taubatnya hingga akhir
hayatnya. Dia tidak berkeinginan untuk mengulangi lagi dosanya dan ia berusaha
membereskan semua urusannya yang ia pernah keliru (salah).
Tetapi ada sedikit dosa-dosa kecil yang terkadang masih ia lakukan, dan memang
semua manusia tidak terlepas dari dosa-dosa kecil ini, namun ia selalu
bersegera untuk beristighfar dan berbuat kebajikan, ia termasuk orang sabiqun
bil khairat.
Allah SWT berfirman: “Di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat
kebaikan dengan izin Allah ..” (Surah Fathir, ayat 32)
Taubatnya
dikatakan taubat nashuha, yakni taubat yang benar dan ikhlas. Nafsu yang
demikian dinamakan nafsu muthmainnah.
Tingkatan
kedua: Iaitu orang yang menempuh jalannya orang-orang yang istiqamah dalam
semua perkara ketaatan dan menjauhkan semua dosa-dosa besar, tetapi ia terkena
musibah, iaitu sering melakukan dosa-dosa kecil tanpa sengaja.
Setiap ia melakukan dosa-dosa itu, ia mencela dirinya sendiri dan menyesali
perbuatannya. Orang-orang ini akan mendapakan janji kebaikan dari Allah SWT
Allah berfirman: “(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan
keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabb-mu Maha Luas
ampunanNya.” (Surah An Najm, ayat 32).
Dan
nafsu yang demikian dinamakan nafsu lawwamah.
Firman Allah: “Dan aku bersumpah dengan nafsu lawwamah (jiwa yang amat
menyesali dirinya sendiri)”. (Surah al Qiyamah, ayat 2).
Tingkatan
ketiga: Orang yang bertaubat dan istiqamah dalam taubatnya sampai satu waktu,
kemudian suatu saat ia mengerjakan lagi sebagian dari dosa-dosa besar kerana
dia dikalahkan oleh syahwatnya.
Kendati demikian ia masih tetap menjaga perbuatan-perbuatan yang baik dan masih
tetap taat kepada Allah. Dia selalu menyiapkan dirinya untuk bertaubat dan
berkeinginan agar Allah mengampuni dosa-dosanya.
Firman Allah: “Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka,
mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk.
Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”. (Surah at Taubah, ayat 102).
Nafsu inilah yang disebut nafsu mas-ulah.
Tingkatan
ketiga ini berbahaya, kerana boleh jadi ia menunda taubatnya dan
mengakhirkannya. Bahkan ada kemungkinan, sebelum ia berkesempatan untuk
bertaubat,
Malaikat maut telah diperintah Allah untuk mencabut rohnya, sedangkan amal-amal
manusia dihisab menurut akhir kehidupan manusia, menjelang mati.
Tingkatan
keempat: Iaitu orang yang bertaubat, tetapi taubatnya hanya sementara waktu
saja, kemudian ia kembali lagi melakukan dosa-dosa dan maksiat, tidak peduli
terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Allah, serta tidak ada rasa
menyesal terhadap dosa-dosanya.
Nafsu sudah menguasai kehidupannya serta selalu menyuruh kepada
perbuatan-perbuatan yang buruk. Ia termasuk orang yang terus-menerus dalam
perbuatan dosa.
Bahkan dia sudah sangat benci kepada orang-orang yang berbuat baik, dan malah
menjauhinya. Nafsu yang demikian ini dinamakan nafsul ammarah.
Allah berfirman: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), kerana
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (Suruh [Yusuf, ayat 53).
Tingkatan
keempat ini sangat berbahaya, dan bila dia mati dalam keadaan demikian, maka
dia termasuk su’ul khatimah (akhir kehidupan yang buruk).
No comments:
Post a Comment